Dakwah Banyumas. Setiap pergantian tahun, tentu banyak harapan-harapan besar yang
berkembang. Tak terkecuali bagi masyarakat. Masyarakat tentu berharap di
tahun 2017 ini, beban hidup mereka sedikit lebih ringan. Namun, alih
alih beban hidup yang sedikit berkurang, justru kado pahit awal tahun
yang pemerintah hadiahkan yang semakin menambah sengsara rakyat secara
umum. Lihat saja, beragam barang-barang kebutuhan semakin melambung
tinggi. Mulai dari bahan pokok pangan, seperti cabai yang harganya
hingga menembus Rp. 250.000,- per kilogramnya, ditambah dengan kenaikan
harga beras rata-rata berkisar Rp.200 hingga Rp.500 per kilogram untuk
jenis kualitas medium dan premium, tak hanya beras, gula pasir pun ikut
naik dari Rp. 12.500 menjadi 12.750 per kilogram, tak lupa pula,
kenaikan harga telur ayam ras pun ikut naik. Ditambah, kenaikan biaya
pengurusan STNK, kenaikan BBM, kenaikan tarif listrik, belum ditambah
permasalahan multidimensi yang masih menggantung dan belum terselesaikan
ketika memasuki tahun 2017 ini. Hal itu menjadi dasar bahwa Indonesia
sedang didera krisis multi dimensi, kerusakan sistemik. Oleh karena itu,
Indonesia butuh solusi sistemik pula tuk menyelesaikan kerusakan
sistemik ini.
Krisis multi dimensi yang terus mendera negeri
Indonesia ini sejatinya adalah buah dari penerapan sistem
sekulerisme-kapitalisme, dengan penerapan ‘slogan’, “suara mayoritas
adalah suara tuhan” menjadi sebuah resep yang sangat mematikan. Ini pula
yang ternyata telah Allah Swt peringatkan kepada kita semua.
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS.Thaha: 123-124)
Imam Ibnu Katsir
rahimahullah menafsirkan kata berpaling dari peringatan-Ku adalah tidak
mengikuti dan berpaling dari Kitabullah, serta kata, “penghidupan yang
sempit” adalah mengakibatkan baginya ketika didunia tiada ketenangan dan
kelapangan. Tentu ini lah buntut tidak diterapkannya Kitabullah sebagai
pedoman hidup dalam kehidupan kita, padahal hal tersebut merupakan
sebuah kewajiban. Penerapan syariah islam adalah hal yang asasi bagi
seoarang muslim.
“Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah Swt, dan janganlah kamu mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan kamu terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik” (TQS. AL Maidah [5]: 49).
Pemuda, sebagai salah satu entitas yang memiliki
tanggungjawab besar dalam mengemban sebuah perubahan, sejatinya
haruslah turut serta dalam perjuangan melawan kedzaliman yang nyata ini.
Memberikan penyadaran ditengah tengah umat. Sekaligus memberikan solusi
akan adanya permasalahan sistemik yang terjadi. Sepaket dengan pemuda,
gerakan mahasiswa seharusnya menjadi motor dalam perjuangan tuk
menyelesaikan persoalan ini.
Namun sayangnya, tak jarang, ada pula pemuda muslim yang menolak tuk mengembalikan solusi kepada Islam. Mereka lebih senang berkiblat kepada Barat, lebih senang berkiblat kepada Adam Smith, mencari solusi ala Karl Max, serta Para Pemikir Barat yang bernafaskan kapitalis-sekuler maupun sosialis-komunis. Padahal jelas, hukum yang diadopsi dari mereka adalah tertolak dalam Islam. Tak jarang pemuda muslim, yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Islam, bahkan mencemooh ketika ada yang mencoba menyuarakan penerapan Syariah Islam sebagai solusi konkrit lagi mendasar pada krisis multi dimensi yang terjadi. Padahal apakah mereka tahu, hukum siapa-kah yang lebih baik? Allah Swt pun menantang mereka yang congkak dalam ayatnya.
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agama-Nya)?” (TQS. AL Maidah [5]: 50)
Maka, sebagai pemuda
muslim, yang dimana tanggungjawab besar ini dipikulnya tidak akan
tinggal diam. Mereka akan terus melawan ketidak adilan, melawan
kesewang-wanangan, dan melawan apa yang menyalahi Allah Swt dan
Rasul-Nya. Mereka akan bergerak, mengingatkan penguasa dzalim yang
semakin hari semakin memeras rakyatnya. Mereka tak hanya mengkritik dan
memperjuangankan untuk menuntut dihapuskannya kedzaliman, namun mereka
juga mengemban dan menyampaikan sebuah misi besar. Misi yang menjadi
sebuah solusi mendasar ditengah krisis multi dimensi yang terjadi. Misi
yang jua menjadi kebutuhan asasi bagi seorang muslim yaitu penerapan
Syariah Islam dalam bentuk Khilafah, yang tidak hanya menjadi jaminan
diturunkannya Rahmatan Lil’alamin, namun lebih dari itu, perjuangan
penerapan Syariah dalam bentuk Khilafah adalah merupakan panggilan
keimanan yang inshaAllah hanya lahir dari jiwa-jiwa yang ikhlas dan
tulus dalam berjuang, yang hanya mengharapkan RidhoNya dalam segala
perjuangannya. Takbir! [].
Wallahu’alam bishowab.
M. Imaduddin Siddiq (Aktivis GEMA Pembebasan Daerah Purwokerto)
Purwokerto, 10 Januari 2017.
Ingin diskusi lebih lanjut dengan kami?
- Arief :+62 857-7977-6855 (Ketua GEMA Pembebasan Daerah Purwokerto).
- Mulki H : 0812-1448-5042 (GEMA Pembebasan Komsat IAIN)
- Yoppie : +62 895-1028-6956 (GEMA Pembebasan Komsat Unsoed)
Posting Komentar